1.
INTRODUKSI
2.
SELEKSI MASSA
3.
SELEKSI GALUR MURNI
4. HIBRIDISASI
DIIKUTI SELEKSI :
a.
PEDIGRI,
b.
BULK,
c.
BACK CROSS,
d.
SSD
5.
KULTUR JARINGAN DIIKUTI SELEKSI
6. FUSI
PROTOPLAST
7.
DNA REKOMBINAN
1.
INTRODUKSI
Varietas
baru dapat diperoleh dengan cara memasukkan suatu genotipe dari luar negeri,
selanjutnya dilakukan uji adaptasi, produksi dan ketahanan terhadap hama dan
penyakit. Jika lebih unggul dibanding
varietas pembanding yang sudah ada, maka dapat dilepas menjadi varietas baru.
Masalah yg dihadapi pada tanaman
introduksi, baik sebagai sumber keragaman maupun sebagai calon varietas baru
adalah penanganan
dalam mempertahankannya sebagai koleksi dan evaluasinya
Koleksi tanaman
introduksi dikelompokkan menjadi tiga:
1.
Tanaman Yang Telah Dimuliakan;
2.
Tanaman Asli;
3.
Tanaman Liar.
Biasanya
tanaman introduksi dibutuhkan untuk memperbaiki sifat varietas unggul yang
sudah ada dengan melengkapi sifat yang dianggap kurang melalui hibridisasi.
2.
SELEKSI MASSA
Seleksi
merupakan salah satu langkah dalam pemuliaan tanaman yang tertua. Seleksi pada awalnya hanya berdasar-kan
perasaan dan apa yang dianggap baik untuk ditanam pada generasi
berikutnya. Seleksi berkembang setelah
ditemukan berbagai teknik seleksi. Seleksi pada tanaman menyerbuk sendiri
digunakan cara seleksi individu tanaman untuk memperoleh tanaman homozigot.
Seleksi
dapat terjadi secara alami maupun buatan. Kemajuan hasil seleksi tergantung
pada keragaman genetik materi dasar serta penggunaan metode seleksi yang tepat.
Seleksi Massa merupakan
metode seleksi tertua. Seleksi berdasarkan Fenotipe tanaman yang diinginkan,
kemudian biji dicampur untuk ditanam lagi pada generasi selanjutnya. Seleksi
dapat dilakukan satu atau beberapa generasi berurutan sehingga didapat suatu
populasi baru dengan sifat-sifat yang
diinginkan.
Seleksi masa mempunyai
dua kelemahan:
1. tanaman
homosigot dan heterosigot mempunyai Fenotipe sama untuk sifat dominan. tanaman
heterosigot akan mengalami segregasi sehingga seleksi perlu diulang
2. lingkungan
mempengaruhi pertumbuhan dn penampakan
tanaman sehingga menyulitkan penilaian apakah tanaman yang kelihatan baik
disebabkan oleh faktor genotipe atau oleh lingkungan.
varietas
hasil seleksi masa dapat terdiri atas genotipe berbeda. biasanya perbedaan ini
pada sifat kuantitatif. untuk sifat kualitatif: ukuran biji, kemasakan, warna
biji atau buah, ketahanan terhadap hama dan penyakit diusahakan sama, karena
sifat kualitatif secara fenotipe lebih mudah dinilai.
3. Seleksi Galur Murni
Seleksi Galur Murni dilaksanakan untuk mendapatkan individu homosigot.
bahan seleksi adalah populasi yang sudah mempunyai tanaman homosigot di
dalamnya. Pemilihan berdasarkan fenotipe tanaman, sehingga
penyeleksi sering kesulitan untuk membedakan pasangan gen yang homosigot dan
heterosigot, jika ada faktor dominan.
Populasi bahan seleksi dapat berupa:
1.
varietas lokal yang telah beradaptasi baik pada suatu daerah dan
merupakan campuran berbagai galur, dan
2.
populasi
tanaman bersegregasi yang merupakan keturunan dari persilangan yang melakukan
penyerbukan sendiri sampai beberapa generasi.
Keberhasilan seleksi tergantung keragaman genetik
tanaman homosigot pada populasi bahan seleksi. makin banyak atau makin beragam tanaman
homosigot populasi bahan seleksi, makin besar kemungkinan memperoleh individu
tanaman yang diharapkan. hasil seleksi
berupa galur murni. kemurnian galur dapat berubah karena beberapa sebab:
1) tercampur dengan biji varietas lain, 2) terjadi persilangan secara alami,
dan 3) terjadi mutasi, sehingga penyeleksian perlu dilaksanakan lagi setelah beberapa
tahun galur murni tersebut ditanam.
4. Hibridisasi diikuti seleksi :
a.
Pedigri
b.
bulk
c.
SSD (Single Seed Descent)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar